Kamis, 29 November 2012

Imunisasi

Imunisasi
Apa yang seharusnya diketahui oleh setiap keluarga dan masyarakat mengenai imunisasi? Tanpa imunisasi, kira-kira 3 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena penyakit campak, 2 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena batuk rejan, 1 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena penyakit tetanus, dan dari setiap 200.000 anak, 1 akan menderita penyakit polio. Imunisasi yang dilakukan dengan memberikan vaksin tertentu akan melindungi anak terhadap penyakir-penyakit tertentu. Walaupun pada saat ini fasilitas pelayanan untuk vaksinasi ini telah tersedia di masyarakat, tetapi tidak semua bayi telah dibawa untuk mendapatkan imunisasi yang lengkap. Walaupun pada saat ini fasilitas pelayanan untuk vaksinasi ini telah tersedia di masyarakat, tetapi tidak semua bayi telah dibawa untuk mendapatkan imunisasi yang lengkap.
Bilamana fasilitas pelayanan kesehatan tidak dapat memberikan imunisasi dengan pertimbangan tertentu, orang tua dapat menghubungi seseorang Dokter (Dokter Spesialis Anak) untuk mendapatkannya.

Tujuan Imunisasi:
Untuk memberikan kekebalan kepada bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit.

Manfaat Imunisasi:
  • Untuk Anak: mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian.
  • Untuk Keluarga: menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.
  • Untuk Negara: memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara.

Perlukah Imunisasi ulang?
Imunisasi perlu diulang untuk mempertahankan agar kekebalan dapat tetap melindungi terhadap paparan bibit penyakit.

Dimana mendapatkan imunisasi?
  • Di Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)-Di Puskesmas, Rumah Sakit Bersalin, BKIA atau Rumah Sakit Pemerintah.
  • Di Praktek Dokter/Bidan atau Rumah Sakit Swasta.

Apakah imunisasi Difteri, Pertusis (Batuk rejan), Tetanus (DPT) dapat diberikan bersama-sama imunisasi polio?
Imunisasi DPTdan polio dapat diberikan bersamaan waktunya.

Efek samping Imunisasi:
Imunisasi kadang dapat mengakibatkan efek samping. Ini adalah tanda baik yang membuktikan bahwa vaksin betuk-betul bekerja secara tepat.
Efek samping yang biasa terjadi adalah sebaagai berikut:

BCG: Setelah 2 minggu akan terjadi pembengkakan kecil dan merah ditempat suntikan. Setelah 2–3 minggu kemudian pembengkakan menjadi abses kecil dan kemudian menjadi luka dengan garis tengah ±10 mm. Luka akan sembuh sendiri dengan meninggalkan luka parut yang kecil.
DPT: Kebanyakan bayi menderita panas pada waktu sore hari setelah mendapatkan imunisasi DPT, tetapi panas akan turun dan hilang dalam waktu 2 hari. Sebagian besar merasa nyeri, sakit, kemerahan atau bengkak di tempat suntikan. Keadaan ini tidak berbahaya dan tidak perlu mendapatkan pengobatan khusus, akan sembuh sendiri.Bila gejala diatas tidak timbul tidak perlu diragukan bahwa imunisasi tersebut tidak memberikan perlindungan dan Imunisasi tidak perlu diulang.
POLIO: Jarang timbuk efek samping.
CAMPAK: Anak mungkin panas, kadang disertai dengan kemerahan 4–10 hari sesudah penyuntikan.
HEPATITIS: Belum pernah dilaporkan adanya efek samping.
TETANUS TOXOID: Efek samping TT untuk ibu hamil tidak ada.

Perlu diingat efek samping imunisasi jauh lebih ringan daripada efek penyakit bila bayi tidak diimunisasi.

Perlukah pemerikasaan darah sebelum pemberian imunisasi Hepatitis?
Untuk bayi berumur lebih dari 1 tahun seyogyanya dilakukan pemerikasaan darah.

Untuk apakah imunisasi ini?
Kelompok yang paling penting untuk mendapatkan imunisasi adalah bayi dan balita karena meraka yang paling peka terhadap penyakit dan ibu-ibu hamil serta wanita usia subur.

Apakah imunisasi dasar dan berapa kali diberikan?
  • Imunisasi dasar adalah imunisasi yang diberikan untuk mendapat kekebalan awal secara aktif
  • Kekebalan Imunisasi dasar perlu diulang pada DPT, Polio, Hepatitis agar dapat mdlindungi dari paparan penyakit.
  • Pemberian Imunisasi dasar pada Campak, BCG, tidak perlu diulang karena kekebalan yang diperoleh dapat melindungi dari paparan bibit penyakit dalam waktu cukup lama.  
  •  Source Klik Here
Read More..

Senin, 26 November 2012

Gagap Pada Anak, Tips Untuk Orang Tua

Apakah gagap itu? Gagap adalah suatu gangguan kelancaran berbicara. Anak usia 2 sampai 5 tahun sering mengulang-ulang kata-kata atau bahkan seluruh kalimat yang diucapkan kepadanya. Ia kadang-kadang juga mengucapkan ungkapan-ungkapan seperti “ee” atau “mm”  saat ia berbicara. Hal ini dianggap normal bila terjadi pada anak yang masih belajar berbicara.

Anak pada golongan usia tersebut masih mempelajari cara berbicara, mengembangkan kendali terhadap otot-otot berbicaranya, mempelajari kata-kata baru, menyusun kata-kata dalam suatu kalimat, dan mempelajari bagaimana cara bertanya serta mempelajari “akibat” dari kata-kata yang mereka ucapkan. Oleh karena itu, anak pada golongan usia tersebut umumnya masih mengalami gangguan kelancaran berbicara.

Apakah Penyebab Gagap?

Banyak orang tua yang merasa bahwa gagap disebabkan oleh cara mendidik anak atau pola pengasuhan orang tua yang salah. Tetapi menurut para ahli, gagap tidak disebabkan oleh perilaku orang tua. Kenyataannya, penyebab gagap sampai saat ini belum dapat dijelaskan secara pasti. Gagap merupakan suatu keadaan yang sangat rumit dan banyak berkaitan dengan hal-hal lain.
Anak laki-laki lebih banyak mengalami gagap dari pada anak perempuan dengan perbandingan tiga banding satu. Hal ini berkaitan dengan faktor-faktor lingkungan, seperti stres.

Tanda-Tanda Awal

Umumnya tanda-tanda awal kegagapan terlihat pada usia dua tahun atau pada saat anak mulai belajar merangkai kata-kata menjadi suatu kalimat. Sering kali orang tua merasa jengkel dengan kegagapan anak, tetapi hal ini merupakan hal yang umum ditemui saat anak masih dalam tahap perkembangan berbicara. Kesabaran merupakan sikap terpenting yang harus dimiliki oleh orang tua selama anak berada dalam tahap ini. Seorang anak mungkin mengalami gangguan kelancaran berbicara selama beberapa minggu atau bulan dengan gejala yang hilang timbul. Sebagian besar anak akan lancar berbicara dan tidak akan gagap lagi bila kegagapannya itu dimulai pada usia kurang dari 5 tahun.

Anak Usia Sekolah
Saat anak mulai memasuki usia sekolah, kemampuan dan keterampilan berbicaranya akan semakin terasah. Umumnya anak akan semakin lanca berbicara dan ia sudah tidak gagap lagi. Jika ia masih gagap, umumnya pada usia tersebut ia sudah mulai merasa malu akan hal tersebut. Anak seperti ini membutuhkan latihan khusus untuk membantunya dalam berkomunikasi.

Bantuan Yang Diperlukan

Seorang anak sebaiknya mulai mendapat bantuan  khusus bila:
-          orang tua mulai merasa khawatir akan kelancaran berbicara anaknya
-          anak terlalu sering mengulang kata-kata atau bahkan seluruh kalimat
-          pengulangan suara-suara seperti “aa” semakin sering diucapkannya
-          anak tampak kesulitan saat akan berbicara
-          gangguan kelancaran berbicaranya semakin berat
-          mimik muka anak tampak tegang saat berbicara
-          suara anak terdengar tegang saat mengucapkan kata-kata bernada tinggi
-          anak sering menghindari keadaan dimana ia harus berbicara
Jika ada tanda-tanda diatas yang tampak saat anak berbicara maka sebaiknya orang tua mulai menghubungi dokter atau ahli terapi bicara. Semakin dini bantuan yang diberikan kepada seorang anak maka semakin baik pula hasil yang akan diperoleh.

Apa Yang Dapat Dilakukan Oleh Orang Tua?
Berikut ini adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk menciptakan suatu suasana yang membantu bagi seorang anak:
-          Jangan menyuruh anak untuk selalu berbicara dengan tata bahasa yang benar. Biarkan anak untuk berbicara dengan nyaman dan menyenangkan.
-          Manfaatkan waktu makan bersama untuk melatih kelancaran berbicara anak. Hindari hal-hal lain yang mungkin mengganggu seperti televisi atau radio.
-          Jangan selalu mengkritik anak dengan ucapan seperti “pelan-pelan saja” atau semacamnya. Komentar semacam ini, walaupun diucapkan dengan niat baik, hanya akan membuat anak merasa semakin tertekan.
-          Ijinkan anak untuk berhenti berbicara jika ia merasa tidak nyaman.
-          Jangan menyuruh anak untuk mengulangi kata-katanya.
-          Jangan selalu menyuruh anak untuk berhati-hati dalam berbicara.
-          Ciptakan suasana yang tenang di rumah.
-          Berbicaralah dengan pelan dan jelas kepada anak.
-          Tataplah mata anak bila berbicara dengannya. Jangan melihat kearah lain dan jangan pula menunjukkan kekecewaan anda didepan anak.
-          Biarkan anak berbicara dan mengucapkan kalimatnya sampai selesai.
-          Yang paling penting adalah: seringlah berlatih! Jadilah contoh yang baik bagi anak dengan selalu berbicara dengan jelas.

Read More..

Minggu, 25 November 2012

Diare Akibat Infeksi

Diare
Gejala
Infeksi saluran pencernaan sering menyebabkan diare. Diare adalah peningkatan frekuensi buang air besar dimana kottoran yang dikeluarkan lebih cair dari biasanya. Diare karena infeksi dapat disebabkan oleh berbagai macam kuman baik virus, bakteri, atau parasit lainnya. Hal ini berarti seorang anak yang mengalami diare dapat menunjukkan gejala-gejala yang berbeda-beda tergantung dari penyebab diarenya itu. Gejala diare umumnya diawali dengan nyeri perut atau mulas.

Diare yang terjadi selama lebih dari 2 minggu disebut sebagai diare kronik. Bayi yang menderita diare kronik seperti ini akan kehilangan berat badannya dan mengalami suatu keadaan yang disebut gagal tumbuh (failure to thrive). Akan tetapi masalah yang paling penting pada anak, terutama anak kecil atau bayi, yang mengalami diare adalah dehidrasi, yang terjadi karena kehilanggan cairan yang berlebihan.

Dalam kotoran anak juga dapat ditemui darah, yang berarti ada kerusakan pada lapisan saluran pencernaan akibat aktivitas kuman. Selain itu, dapat pula dijumpai lendir di kotorannya. Umumnya diare seperti ini disebabkan oleh bakteri seperti Shigella.

Diare tanpa adanya darah biasanya disebabkan oleh virus, parasit atau toksin yang dihasilkan oleh bakteri. Infeksi saluran pencernaan yang disebabkan suatu virus yang disebut rotavirus akan menyebabkan diare yang encer.

Sebagian besar kuman yang menyebabkan diare juga dapat menyebabkan gejala-gejala lain seperti demam, hilangnya nafsu makan, nyeri perut, kram perut, mual, muntah, hilangnya berat badan, dan terutama dehidrasi.

Kuman penyebab diare dapat pula masuk dan menyebar ke aliran darah dan mengakibatkan infeksi di organ tubuh lain yang jauh dari pencernaan seperti otak.

Deskripsi Diare
Kuman penyebab diare umumnya spesifik pada suatu daerah tertentu, yang bergantung pada tingkat kebersihan lingkungan dan kebiasaan kesehatan warganya. Di daerah dimana tingkat kebersihan lingkungannya buruk dan warganya tidak meiliki kebiasaan hidup sehat sering ditemui kejadian diare terutama karena adanya kontaminasi air atau makanan oleh kuman.

Menurut penelitian, umumnya anak yang berusia 5 tahun pernah terinfeksi oleh rotavirus walaupun tidak semuanya mengalami diare. Biasanya anak-anak ini tertular karena kurangnya kebiasaan hidup sehat seperti kurang atau tidak mencuci tangan. Mencuci tangan merupakan cara paling sederhana untuk menghindari penyebaran kuman.

Infeksi virus lainnya yang dapat menyebabkan diare adalah virus-virus golongan enterovirus.

Sedangkan bakteri penyebab infeksi diare antara lain Salmonella, Shigella, dan E. coli. Shigella, yang sering menyebar melaui orang ke orang, dapat merusak dinding saluran pencernaan dan menyebabkan semacam luka yang berdarah. Sedikit saja jumlah bakteri Shigella yang diperlukan agar terjadi infeksi.

Paling tidak lima kelas bakteri E. coli sering menyebabkan infeksi diare pada anak-anak. Bakteri E. coli ini menyerang langsung dinding saluran pencernaan atau menghasilkan suatu racun yang dapat mengiritasi saluran pencernaan. Akibatnya anak akan sakit. Infeksi karena E. coli ini sering menyebar melalui air atau makanan yang terkontaminasi kotoran manusia dan daging yang dimasak kurang matang.

Infeksi parasit walaupun jarang dijumpai juga dapat menyebabkan diare. Parasit penyebab diare umumnya adalah Giardia karena parasit ini mampu hidup di tempat-tempatdimana kuman lain tidak dapat hidup. Infeksi akibat Giardia dapat menyebabkan diare yang kronik.

Pencegahan
Cara pencegahan yang paling efektif adalah mencuci tangan. Tangan yang kotor ditempeli oleh banyak kuman yang bila tangan tersebut disentuhkan ke mulut atau digunakan untuk mengambil makanan dapat menyebabkan infeksi diare. Mencuci tangan ini perlu dilakukan oleh seluruh anggota keluarga tidak hanya oleh anak sendiri. Mencuci tangan terutama perlu dilakukan setelah ke kamar mandi atau sebelum makan. Selain itu kamar mandi atau jamban yang bersih juga dapat membantu mencegah penyebaran kuman.

Air dan makanan juga dapat menyebarkan kuman, karena itu buah dan sayuran harus dibersihkan dengan benar sebelum dimakan atau diolah. Alat-alat dapur juga harus segera dibersihkan setelah selesai digunakan. Daging juga harus diolah dengan benar akan kuman-kuman mati.

Masa Inkubasi
Masa dari masuknya kuman ke dalam tubuh sampai timbulnya gejala atau yang disebut masa inkubasi bervariasi tergantung pada jenis kuman penyebabnya. Shigella misalnya, memiliki masa inkubasi 16 sampai 72 jam, sedangkan masa inkubasi virus berkisar antara 4 sampai 48 jam. Sedangakan parasit umumnya memiliki masa inkubasi yang lebih panjang, seperti Giardia misalanya, memiliki masa inkubasi antara 1 sampai 3 minggu.

Lama Sakit
Lama sakit juga tergantung pada jenis kuman penyebabnya. Pada diare ringan akibat virus umumnya berlangsung selama beberapa hari dimana anak hanya memerlukan perawatan ringan seperti istirahat dan pemberian cairan yang adekuat. Tidak diperlukan obata-obat seperti antibiotik untuk perawatan diare seperti ini. Sedangkan diare akibat bakteri atau parasit lain umumnya selain pemberian cairan pada kasus-kasus tertentu seperti pada anak kurang gizi diperlukan perawatan dengan antibiotika untuk mencegah penyebaran kuman ke seluruh tubuh.

Penularan
Infeksi diare sering menular dari satu anak ke anak lain dengan mudah baik melalui kontak langsung, maupun melalui makanan atau minuman.

Perawatan
Anak yang mengalami diare berat dan lama yang disertai dengan demam, muntah, atau nyeri perut atau yang kotorannya terdapat darah atau lendir harus segera dibawa ke dokter.

Walaupun anak tidak menunjukkan gejala-gejala di atas tetapi anak tampak mengalami dehidrasi dengan tanda-tanda mulut dan lidah kering, kulit yang kering dan pucat, mata cowong, penurunan aktivitas (tampak mengantuk atau lelah), dan menurunnya jumlah kencing dari biasanya juga harus segera dibawa ke dokter.

Perawatan utama terhadap anak yang mengalami diare adalah pemberian cairan yang adekuat dengan cairan yang sesuai. Cairan ini dapat diberikan baik melalui mulut ataupun melalui infus bila anak mengalami dehidrasi sedang sampai berat. Bayi dan anak kecil sebaiknya tidak diberi cairan berupa air saja karena air tidak mengandung garam dan mineral serta zat gizi yang diperlukan.

Prinsip utama perawatan diare adalah penggantian cairan serta garam dan mineral yang hilang melalui kotoran, muntah dan demamnya. Perkiraan jumlah cairan yang hilang dan beratnya muntah serta diare akan menentukan jenis terapi yang akan diberikan oleh dokter.


Source (cfs/kidshealth.org/nelsontextbookofpediatrics)

Read More..