Sabtu, 23 Juni 2012

Cara Pemberian Medikasi Peroral (PO)

Sumber : http://www.google.co.id/
Cara Pemberian Medikasi Peroral (PO)
Terapi pemberian obat (terapi medis) merupakan kolaborasi dari tindakan keperawatan sebagai salah cara untuk mencapai tingkat kesehatan yang diharapkan. Pemberian medikasi peroral (PO) adalah pemberian obat melalui rute mulut baik obat berupa tablet, serbuk, atau cairan. Persiapan pemberian obat melalui rute oral adalah sebagai berikut:
1.       Alat dan bahan
a.       Catatan / jadwal pemberian obat
b.      Obat dan tempatnya
c.       Air minum dalam tempatnya

2.       Prosedur kerja
a.       Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
b.      Cuci tangan
c.       Baca obat sesuai dengan pasien dengan prinsip benar obat, benar pasien, benar waktu, benar rute, benar dosis.
d.      Apabila pasien perlau bantuan, maka bantulah dengan cara:

                                                   a)      Apabila memberikan obat tablet atau kapsul dari botol, tuangkan jumlah yang dibutuhkan ke dalam tutupbotol dan pindahkan ke tempat obat. Jangan sentuh obat dengan tangan. Obat berupa kapsul jangan dilepaskan pembungkusnya.
                                                   b)      Kaji kesulitan menelan. Bila ada kesulitan menelan, gerustablet menjadi bubuk dan campurkan kedalam minuman (untuk pencampuran tidak boleh dengan susu)
                                                    c)      Kaji frekuensi nadi dan tekanan darah sebelum memberikan obat yang butuh dengan pengkajian (biasanya obat yang berkaitan dengan cardiovascular)

e.      Catat reaksi pemberian terhadap obat.
f.        Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
g.       Evaluasi respon pasien terhadap obat dan catat hasil pemberian obat.


Contoh jadwal table jadwal obat
Nama Pasien
Nama obat / Terapi
Waktu
Keterangan
Rudi Subianto
1.       Asam Mefenamat
2.       paracetamol
08.00
08.00
16.00
20.00
24.00
-








                                                                                                                                            
Referensi:
Hidayat A, Uliyah M. 2004. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia. EGC: Jakarta
Read More..

Minggu, 17 Juni 2012

Sekilas Tentang Talasemia

1.       Pengertian
Talasemia
Talasemia merupakan salah satu jenis anemia hemolitik dan merupakan penyakit keturunan yang diturunkan secara autosomal yang paling banyak dijumpai di Indonesia dan Italia. Enam sampai sepuluh dari setiap 100 orang Indonesia membawa gen penyakit ini. Kalau sepasang dari mereka menikah, kemungkinan untuk mempunyai anak penderita talasemia berat adalah 25%, 50% menjadi pembawa sifat (carrier) talasemia, dan 25% kemungkinan bebas talasemia. Sebagian besar penderita talasemia adalah anak-anak usia 0 hingga 18 tahun.
Orang dengan penyakit Thalassemia tidak dapat membuat hemoglobin cukup, yang menyebabkan anemia berat. Hemoglobin yang ditemukan dalam sel darah merah dan membawa oksigen ke seluruh bagian tubuh. Ketika ada tidak cukup hemoglobin dalam sel darah merah, oksigen tidak bisa ke seluruh bagian tubuh. Organ kemudian menjadi kelaparan akan oksigen dan tidak dapat berfungsi dengan baik.

2.       Klasifikasi Talasemia
Pada talasemia terjadi kelainan pada gen-gen yang mengatur pembentukan dari rantai globin sehingga produksinya terganggu. Gangguan dari pembentukan rantai globin ini akan mengakibatkan kerusakan pada sel darah merah yang pada akhirnya akan menimbulkan pecahnya sel darah tersebut. Berdasarkan dasar klasifikasi tersebut, maka terdapat beberapa jenis talasemia, yaitu talasemia alfa, beta, dan delta.

2.1 Talasemia alfa
Pada talasemia alfa, terjadi penurunan sintesis dari rantai alfa globulin. Dan kelainan ini berkaitan dengan delesi pada kromosom 16. Akibat dari kurangnya sintesis rantai alfa, maka akan banyak terdapat rantai beta dan gamma yang tidak berpasangan dengan rantai alfa. Maka dapat terbentuk tetramer dari rantai beta yang disebut HbH dan tetramer dari rantai gamma yang disebut Hb Barts. Talasemia alfa sendiri memiliki beberapa jenis.

2.1.1 Delesi pada empat rantai alfa
Dikenal juga sebagai hydrops fetalis. Biasanya terdapat banyak Hb Barts. Gejalanya dapat berupa ikterus, pembesaran hepar dan limpa, dan janin yang sangat anemis. Biasanya, bayi yang mengalami kelainan ini akan mati beberapa jam setelah kelahirannya atau dapat juga janin mati dalam kandungan pada minggu ke 36-40. Bila dilakukan pemeriksaan seperti dengan elektroforesis didapatkan kadar Hb adalah 80-90% Hb Barts, tidak ada HbA maupun HbF.

2.1.2 Delesi pada tiga rantai alfa
Dikenal juga sebagai HbH disease biasa disertai dengan anemia hipokromik mikrositer. Dengan banyak terbentuk HbH, maka HbH dapat mengalami presipitasi dalam eritrosit sehingga dengan mudah eritrosit dapat dihancurkan. Jika dilakukan pemeriksaan mikroskopis dapat dijumpai adanya Heinz Bodies.

2.1.3 Delesi pada dua rantai alfa
Juga dijumpai adanya anemia hipokromik mikrositer yang ringan. Terjadi penurunan dari HbA2 dan peningkatan dari HbH.

2.1.4 Delesi pada satu rantai alfa
Disebut sebagai silent carrier karena tiga lokus globin yang ada masih bisa menjalankan fungsi normal.

2.2 Talasemia beta
Disebabkan karena penurunan sintesis rantai beta. Dapat dibagi berdasarkan tingkat keparahannya, yaitu talasemia mayor, intermedia, dan karier. Pada kasus talasemia mayor Hb sama sekali tidak diproduksi. Mungkin saja pada awal kelahirannya, anak-anak talasemia mayor tampak normal tetapi penderita akan mengalami anemia berat mulai usia 3-18 bulan. Jika tidak diobati, bentuk tulang wajah berubah dan warna kulit menjadi hitam. Selama hidupnya penderita akan tergantung pada transfusi darah. Ini dapat berakibat fatal, karena efek sampingan transfusi darah terus menerus yang berupa kelebihan zat besi (Fe). Salah satu ciri fisik dari penderita talasemia adalah kelainan tulang yang berupa tulang pipi masuk ke dalam dan batang hidung menonjol (disebut gacies cooley), penonjolan dahi dan jarak kedua mata menjadi lebih jauh, serta tulang menjadi lemah dan keropos.

Source :
Tersedia http://id.wikipedia.org/wiki/Talasemia [online]. Diakses 17 Juni 2012. Bandung
Tersedia http://www.thalassemia.com/ [online]. Diakses 17 Juni 2012. Bandung


Read More..