Senin, 30 Juli 2012

Keperawatan Perioperatif


Keperawatan perioperative adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keragman dari fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien. Kata “perioperative” adalah suatu istilah gabungan yang mencakup 3 fase pengalaman pembedahan;
1.       Fase praoperatif (sebelum operasi) fase ini dimulai ketika pasien intervensi pembedahan dibuat dan berahir pada saat pasien berada di meja operasi. Lingkup aktivitas keperawatan dalam fase ini terdiri dari pengkajian dasar pasen di tatanan klinik atau di rumah, anamsesa (wawncara) praoperatif, mempersiapkann pasen untuk anestesi dan pembedahan.
2.       Fase intraoperative (dalam proses pembedahan) fase ini dimulai sejak pasen memasuki departemen bedah dan berakhir di ruang recovery room (ruang pemulihan). Lingkup tindakan keperawatan selama fase ini meliputi pemasangan infus (IV), memberikan medikasi intravena, melakukan pemantauan fisiologis menyeluruh dan menjaga keselamatan pasien selama proses pembedahan.
3.       Fase pascaoperatif (setelah pembedahan) fase ini  dimulai dengan masuknya pasien ke recovery room (ruang pemulihan) sampai dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau di rumah. Lingkup keperawatan mencakup rentan aktivitas yang luas selama periode ini.
Indikasi dan klasifikasi pembedahan
Kata Indikasi merupakan istilah yang menggambarkan suatu alas an dilaksanakannya suatu kegiatan, jika indikasi pembedahan berarti suatu alas an dilakukan tindakan pembedahan atas alas an tertentu. Indikasi pembedahan bisa bermacam-macam diantaranya:
1.       Diagnostic; seperti dilakukan biopsy / atau laparotomy exploration.
2.       Kuratif; seperti mengeksisi massa tumor atau pengangkatan apendik yang terjadi imflamasi (operasi usus buntu)
3.       Reparative; seperti ketika harus memperbaiki luka yang multiple.
4.       Rekonstruktif atau kosmetik; seperti melakukan mammoplasty atau memperbaiki wajah.
5.       Paliatif; seperti ketika harus menghilangkan nyeri atau masalah. Contoh, ketika selang gastronomi dipasang untuk mengkompensasi terhadap ketidak mampuan menelan makanan.


Pembedahan juga dapat diklasifikasikan dari segi urgensinya, untuk lebih jelasnya lihat table berikut!
Klasifikasi
Indikasi untuk pembedahan
Contoh
i.        Kedaruratan – Pasien membutuhkan perhatian segera; gangguan mungkin mengancam jiwa.
Tanpa ditunda
Perdarahan hebat
Obstruksi kandung kemih atau usus
Fraktur tulang tengkorak
Luka tembak atau tusuk
Luka bakar yang sangat luas
ii.      Urgen – Pasien membutuhkan perhatian segera
Dalam 24 -30 jam
Insfeksi kandung kemih
Batu ginjal atau batu urethra
iii.    Diperlukan – Pasien harus menjalani pembedahan
Direncanakan dalam beberapa minggu atau bulan
Hyperplasia prostat
Gangguan tiroid
katarak
iv.     Elektif  - Pasien harus dioperasi ketika diperlukan
Tidak dilakukan pembedahan tidak membahayakan
Perbaikan eskar
Hernia sederhana
Perbaikan vaginal
v.       Pilihan -  Keputusan terletak pada pasien
Pilihan pribadi
Bedah kosmetik

Pertimbangan Gerontology
Pertimbangan gerontology, untuk orang-orang yang dalam usia lanjut yang memiliki cadangan fisiologis (kemampuan dari suatu organ untuk kembali normal setelah mengalami gangguan ekuilibriumnya) lebih rendah dari pada orang-orang muda. Tapi mungkin saja dengan kemajuam-kemajuan teknik pengkajian, prosedur pembedahan, teknik anestesi dan kemampuan pemantauan, pembedahan elektif dapat ditolerasi secara mengagumkan.

Refernsi
Bruner, Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:  Buku Kedokteran EGC.

Read More..

Tinjauan Proses Keperawatan Praoperatif

Pengkajian
Pengkajian pada pasien bedah meliputi mengevakuasi factor-faktor fisik dan psikologis secara luas.
Nursing Diagnose
Berdasarkan data pengkajian, nursing diagnose major pasen bedah dapat mencakup:
1.       Ansietas yang berhubungan dengan pengalaman bedah (anestesi, nyeri) dan hasil akhir dari pembedahan
2.       Deficit pengetahuan mengaenai procedur dan protocol praoperatif dan harapan pascaoperatif.
Perencanaan dan Implementasi
Tujuan; Tujuan utama pasien bedah dapat meliputi menghilangkan ansietas praoperatif dan peningkatan pengetahuan tentang persiapan praoperatif dan harapan pascaoperatif, dengan kriteria evaluasi:
1.       Ansietas dikurangi
a.       Mendiskusikan kekhawatiran yang berkaitan dengan tipe ansietas dan induksi dengan ahli anestesi
b.      Mengungkapkan suatu pemahaman tentang medikasi praanestesi dan anestesi umum
c.       Mendiskusikan kekhawatiran pada saat-saat terakhir dengan perawat dan dokter
d.      Mendiskusikan masalah finansial dangan pekerja social, bila diperlukan
e.      Meminta kunjungan rohaniawan jika diperlukan
f.        Benar-benar relaks setelah dikunjungi oleh anggota tim kesehatan
2.       Menyiapkan tehadap intervensi pembedahan
a.       Ikut serta dalam persiapan praoperatif
b.      Menunjukan dan menggambarkan latihan yang diperkirakan akan dilakukan pasien setelah operasi
c.       Menelaah informasi tentang perawatan pascaoperasi
d.      Menerima medikasi praanestesi
e.      Tetap berada ditempat tidur
f.        Relak selama tranformasi ke unit operasi
g.       Menyebutkan rasional penggunaan pagar tempat tidur
Intervensi Keperawatan
1.       Menurunkan ansietas praoperatif
2.       Penyuluhan pasien
Evaluasi
Evaluasi diulakukan dengan melihat respon pasien baik secara subjektif maupun objektif dengan mengacu pada kriteria evaluasi yang telah dibuat.

Refernsi
Bruner, Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:  Buku Kedokteran EGC.
Read More..

Jumat, 27 Juli 2012

Pemeriksaan Tingkat Kesdaran


Dalam pemeriksaan fisis selain keadaan umum, tanda-tanda vital, serta pemeriksaan system lainnya, penilaian tingkat kesadaran merupakan hal yang paling penting terutama pada pasien-pasien yang mengalami gangguan pada system persyarafan.
            Kesadaran pasien dapat diperiksa secara inspeksi dengan mellihat reaksi pasien yang wajar terhadap stimulus visual, audio maupun taktil. Orang yang sadar dapat tertidur, tapi segera bangun dengan rangsangan. Bila perlu, tingkat kesadaran dapat diperiksa dengan menggunakan rangsangan nyeri. Adapun tingkat kesadaran terdiri dari :
Kompos mentis,  yaitu sadar sepenuhnya, baik terhadap diri maupun lingkungan. Pasen dapat menjawab pertanyaan pemeriksa dengan baik.
Apatis, yaitu keadaan dimana pasien tampak segan dan tak acuh terhadap lingkungannya.
Delirium, yaitu penurunan kesadaran disertai kekacauan motoric dan siklus tidur bangun yang terganggu. Pasien tampak gaduh gelisah, kacau, disorientasi, dan meronta-ronta.
Somnolen (letargia, obtundasi, hypersomnia), yaitu keadaan mengantuk yang masih dapat pulih dengan rangsangan, tetapi bila rangsangan berhenti, pasien tertidur kembali.
Sopor (stupor), yaitu keadaan mengantuk yang dalam.  Pasien dapat dibangunkan dengan rangsangan yang kuat, misanya nyeri, tetapi pasen tidak terbangun sempurna dan tidak dapat memberikan jawaban verbal yang baik.
Semi-koma (koma ringan), yaitu penuruna kesadaran yang tidak memberikan respon terhhadap rangsangan verbal, dan tidak dapat dibangunkan sama sekali, tetapi reflek (pupil dan kornea) masih baik. Respon terhadap nyeri tidak adekuat.
Koma, yaitu penurunan kesadaran yang sangat dalam, tidak ada gerakan spontan dan tidak ada respon rangsangan nyeri.
Pemeriksaan kesadaran dapat dinilai dengan parameter skala koma Glasgow (GCS) sebagai berikut:
Membuka Mata
Nilai
Respon Verbal
Nilai
Respon Motorik
Nilai
Spontan
4
Baik, taka da disorientasi

(dapat menjawab dengan kalimat yang baik)
5
Menurut perintah
6
Terhadap  suara

(suruh pasein membuka mata)
3
Kacau (confused)

(dapat bicara tetapi terdapat disorientasi waktu dan tempat)
4
Mengetahui lokasi nyeri
5
Dengan rangsangan nyeri

(tekan pada saraf supraobita atau kuku jari)
2
Tidak tepat

(dapat mengucapkan kata-kata tetapi tidak berupa kalimat, dan tidak tepat)
3
Reaksi menghindar
4
Taka da reaksi

(dengan rangsangan nyeri)
1
Mengerang

(tidak mengucapkan kata, hanya mengerang)
2
Reaksi fleksi (dekortikasi)

(rangsangan memberikan respon fleksi siku)
3


Taka da jawaban
1
Reaksi ekstensi (deserrebrasi)

(rangsangan memberikan respon ekstensi pada siku)
2




Tak ada reaksi

(rangsangan nyeri tidak  memberikan respon)
1


Referensi
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, K. Marcellus S, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbiatan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2006.



                                                                                                                              
Read More..

Sabtu, 14 Juli 2012

Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Imunisasi

IMUNISASI

Judul                            : Imunisasi
Subjudul                      : a. Pengertian imunisasi
                                      b. Macam-macam imunisasi
Waktu                          : 1 x 15   menit
Tempat                        : Puskesmas Ibrahim Adjie Kiaracondong
Sasaran                       : Ibu hamil
 

I.                    Tujuan Penyuluhan Umum (TPU)
Setelah mengikuti penyuluhan + 15  menit ibu hamil dapat mengetahui tentang pentingnya imunisasi.

II.                  Tujuan Penyuluhan Khusus (TPK)
a.      Setelah mengikuti penyuluhan + 5 menit ibu hamil dapat menyebutkan pengertian Imunisasi dengan bahasa sendiri.

b.      Setelah mengikuti penyuluhan  + 12  menit ibu hamil mampu menyebutkan macam-macam imunisasi baik waktu pelaksanaannya dan reaksi setelah pemberian imunisasi

c.       Setelah mengikuti penyuluhan +  15  menit ibu hamil diharapkan berkata mau melaksanakan imunisasi lengkap untuk anak-anaknya.

III.                Materi Penyuluhan
a.      Pengertian imunisasi
b.      Macam-macam imunisasi
c.       Waktu pelaksanaan imunisasi
d.      Reaksi setelah diberikan imunisasi

IV.               Metode Penyuluhan
Ceramah dan Tanya jawab

V.                 Kegiatan Penyuluhan
Pembukaan (   menit)
Kegiatan Inti (    menit)
Penutup (   menit)
Penyuluh
Peserta
Penyuluh
Peserta
Penyuluh
Peserta
Memberi salam

Menjawab salam

Menjelaskan materi

Memperhatikan materi yang disampaikan
Menyimpulkan materi

Memperhatikan penjelasan

Perkenalan

Merespon

Memberi kesempatan  untuk bertanya
Bertanya apabila ada materi yang tidak mengerti
Mengevaluasi
Menjawab
Apersepsi

Menyimak

Memberikan pertanyan balik kepada peserta
Menjawab pertanyaan penyuluh

Memberi salam
Menjawab salam


VI.               Media dan Alat
a.      Media        : Leaflet
b.      Alat            : -

VII.             Sumber Penyuluhan
A.H. Markum ( 1997 ). Imunisasi. Edisi Kedua Fakultas kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

VIII.           Evaluasi
a.      Jelaskan pengertian imunisasi
b.      Jelaskan macam-macam imunisasi
c.       Jelaskan waktu pelaksanaan imunisasi
d.      Jelaskan reaksi setelah diberikan imunisasi
Jawaban
a.      Imunisasi merupakan suatu tindakan pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kekebalan imunitas melalui pemberian bibit penyakit yang telah dilemahkan atau dimatikan.

b.      Imunisasi BCG untuk TBC, DPT untuk dhipteri, pertussis dan tetanus, imunisasi polio untuk penyakit polio, imunisasi campak untuk penyakit campak, dan imunisasi hepatitis B untuk penyakit hepatitis B.

c.       Waktu pelaksanaan imunisasi berbeda-beda disesuaikan dengan jenis imunisasinya baik dalam hal waktu ataupun frekuensi pemberian imunisasinya.
d.      Reaksi setelahnya imunisasi bisa berupa demam ringan sakit pada area penyuntikan untuk imunisasi dengan menggunakan suntikan bahkan bernanah untuk imunisasi BCG tetapi bahkan ada juga yang tanpa gejala.

Bandung, April 2012




Ganjar Setya Purnama
LAMPIRAN
MATERI PENYULUHAN


1.      Pengertian
Imunisasi merupakan suatu tindakan pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kekebalan imunitas melalui pemberian bibit penyakit yang telah dilemahkan atau dimatikan
2.      Imunisasi BCG
Imunisasi BCG bertujuan untuk memberikan kekebalan / pertahanan aktif terhadap penyakit TBC.
Jadwal pemberian imunisasi BCG sebaiknya dilakukan ketika bayi baru lahir sampai berumur 12 bulan, tetapi sebaiknya diberikan pada umur 0-2 tahun.  Imunisasi BCG cukup diberikan 1 kali saja. Pada anak yang akan diimunisasi dengan usia lebih dari 2 bulan, harus dilakukan Montaux test dulu. Gunanya untuk mengetahui apakah ia telah terjangkit penyakit TBC. Seandainya hasil positif, anak tersebut selayaknya tidak mendapat imunisasi.
Reaksi yang mungkin timbul pada pemberian imunisasi BCG adalahkadang bernanah, tetapi akan sembuh dengan sendirinya walaupun lambat. Biasanya suntikan BCG tidak menimbulkan pana.

3.      Imunisasi DPT
Tujuan pemberian Imunisasi DPT adalah memberikan kekebalan aktif dalam waktu yang bersamaan terhadap penyakit diphteri, pertusis dan tetanus.
Imunisasi DPT dapat diberikan 3 kali, sejak bayi berumur 2 bulan dengan selang waktu antara dua penyuntikan minimal 4 minggu.
Reaksi yang mungkin trjadi biasanya demam ringan, pembengkakan dan rasa nyeri di tempat suntikan selama 1-2 hari.
Imunisasi DPT tidak boleh diberikan kepada anak yang sakit parah dan anak yang menderita penyakit kejang demam kompleks.

4.      Imunisasi poliomiolitis.
Vaksinasi diberikan untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit poliomyelitis.
Imunisasi dasar diberikan sejak anak baru lahir atau berumur beberapa hari, selanjutnya setiap 4-6 minggu. Pemberian imunisasi Polio dapat dilakukan bersamaan dengan BCG, Hepatitis B, dan DPT.
Reaksi yang timbul tidak ada, mungkin akan terdapat berak-berak ringan.
Pada anak dengan diare berat atau sedang sakit parah, imunisasi polio dapat ditangguhkan.

5.      Imunisasi Campak
Imunisasi diberikan untuk mendapat kekebalan terhadap penyakit campak secara aktif.
Menurut WHO imuniasi campak cukup diberikan 1 kali suntikan setelah bayi berumur 9 bulan, tetapi karena angka kesakitan campak di Indonesia masih tinggi, pemerintah mencnagkan pemberian imunisasi campak sebelum usia 9 bulan, yaitu antara usia 6-9 bulan.
Biasanya tidak terdapat reaksi akibat imunisasi. Mungkin terjadi demam ringan dan tampak sedikit bercak merah pada pipi di bawah telinga pada hari ke 7-8 setelah penyuntikan.


6.      Vaksinasi Hepatitis B
Vaksinasi dimaksudkan untuk mendapat kekbalan aktif terhadap penyakit Hepatitis B. Imunisasi aktif dilakuakn dengan cara pemberian suntikan dasar sebanyak 3 kali dengan jarak waktu satu bulan anta suntikan 1 dan 2, dan lima bulan antara suntikan 2 dan 3.
Reaksi yang mungkin terjadi adalah berupa nyeri pada tempat suntikan, yang mungkin disertai dengan timbulnya rasa panas atau pembengkakan. Reaksi ini akan menghilang dalam waktu 2 hari. Reaksi lain yang mungkin terjadi ialah demam ringan.































DAFTAR PUSTAKA

A.H. Markum ( 1997 ). Imunisasi. Edisi Kedua Fakultas kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.









































IMUNISASI

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Diajukan Untuk memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah
Keperawatan Maternitas di PBL II
2011/2012






Oleh
Ganjar Setya Purnama
IKP10016














PRODI D-III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI KESEHATAN AISYIYAH BANDUNG
2012
Read More..