Pengertian
Pre eklampsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias : hipertensi, proteinuri, dan edema.
Pre eklampsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias : hipertensi, proteinuri, dan edema.
Etiologi
Pre-eklamsi dijelaskan oleh sebuah teori yang dikeluarkan oleh Dr Haig ”pre-eklamsi adalah bentuk ekstrem dari strategi yang umum digunakan oleh semua janin. Dalam hal ini, janin meningkatkan tekanan darah si ibu untuk mendorong lebih banyak darah ke arah plasenta yang umumnya bertekanan rendah.
Dalam hal ini, pre-eklamsi berkaitan erat dengan jumlah substansi yang diinjeksikan janin ke aliran darah si ibu. Karena itu, pre-eklamsi baru terjadi jika si janin terlalu banyak menginjeksikan substansi ke aliran darah si ibu.
Mengapa si janin melakukan hal itu, Dr Haig mengatakan, si janin terpaksa melakukan hal itu, kemungkinan karena kesulitan mendapatkan makanan. Dengan kata lain, makanan si janin kurang tercukupi.”
Teori ini dilengkapi oleh ”Teori Dr Haig menarik perhatian Dr Ananth Karumanchi dan para koleganya dari Sekolah Medis Harvard. Mereka berhasil membuktikan kebenaran teori Dr Haig. Karumanchi dan kolega menemukan penyebab pre-eklamsi. Dikatakan, pre-eklamsi terjadi ketika si ibu terlalu banyak mendapatkan asupan protein sangat tinggi yang disebut (mudah larut) fms (sfms) seperti tirosin kinase 1 atau sFlt1 atau yang sejenis itu.
Teori itu dibuktikan pula melalui laboratorium lain yang berakhir dengan kesimpulan membenarkan. Dalam penelitian lebih lanjut, Karumanchi mengindikasikan bahwa protein sangat tinggi itu berpengaruh pada kemampuan si ibu dalam memperbaiki kerusakan-kerusakan kecil di pembuluh darahnya.
Seiring dengan semakin banyaknya kerusakan pembuluh darah, tekanan darah pun meningkat. Seperti dugaan Dr Haig, protein tinggi itu diproduksi oleh janin, bukan si ibu.”
Klasifikasi
Pre Eklamsi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
(1) Pre-eklamsi ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut:
(a) Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring terlentang; atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih; atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih. Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam.
(b) Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka; atau kenaikan beratbadan 1 kg atau lebih per minggu.
(c) Proteinuria kwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter; kwalitatif 1 + atau 2 + pada urin kateter atau midstream.
(2) Pre-eklamsi berat, bila disertai keadaan sebagai berikut:
(a) Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
(b) Proteinuria 5 gr atau lebih per liter.
(c) Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam.
(d) Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri di epigastrium.
(e) Terdapat edema paru dan sianosis.
Frekuensi
Ada yang melaporkan angka kejadian sebanyak 6% dari seluruh kehamilan, dan 12% pada kehamilan primigravida. Menurut beberapa penulis lain frekuensi dilaporkan sekitar 3-10%. Lebih banyak dijumpai pada primigravida daripada multigravida, terutama primigravida usia muda. Faktor-faktor predisposisi untuk terjadinya pre-eklamsi adalah molaludatidosa, diabetes melitus, kehamilan ganda, hidrops fetalis, obesitas, dan umur yang lebih dari 35 tahun.
Manifestasi klinik
Biasanya tanda-tanda pre eklampsia timbul dalam urutan : pertambahan berat badan yang berlebihan, diikuti edema, hipertensi, dan akhirnya proteinuria. Pada pre eklampsia ringan tidak ditemukan gejala – gejala subyektif. Pada pre eklampsia berat didapatkan sakit kepala di daerah prontal, diplopia, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau muntah. Gejala – gejala ini sering ditemukan pada pre eklampsia yang meningkat dan merupakan petunjuk bahwa eklampsia akan timbul.
Biasanya tanda-tanda pre eklampsia timbul dalam urutan : pertambahan berat badan yang berlebihan, diikuti edema, hipertensi, dan akhirnya proteinuria. Pada pre eklampsia ringan tidak ditemukan gejala – gejala subyektif. Pada pre eklampsia berat didapatkan sakit kepala di daerah prontal, diplopia, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau muntah. Gejala – gejala ini sering ditemukan pada pre eklampsia yang meningkat dan merupakan petunjuk bahwa eklampsia akan timbul.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan:
(1) Gambaran klinik: pertambahan berat badan yang berlebihan, edema, hipertensi, dan timbul proteinuria.
Gejala subjektif: sakit kepala di daerah frontal, nyeri epigastrium; gangguan visus: penglihatan kabur, skotoma, diplopia; mual dan muntah. Gangguan serebral lainnya: oyong, refleks meningkat, dan tidak tenang.
(2) Pemeriksaan: tekanan darah tinggi, refleks meningkat, dan proteinuria pada pemeriksaan laboratorium.
Penatalaksanaan
(a) Pencegahan
- Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti, mengenali tanda-tanda sedini mungkin (pre-eklamsi ringan), lalu diberikan pengobatan yang cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih berat.
- Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya pre-eklamsi kalau ada faktor-faktor predisposisi.
- Berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur, ketenangan, serta pentingnya mengatur diit rendah garam, lemak, serta karbohidrat dan tinggi protein, juga menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan.
(b) Penanganan
Tujuan utama penanganan adalah:
- Untuk mencegah terjadinya pre-eklamsi dan eklamsi
- Hendaknya janin lahir hidup
- Trauma pada janin seminimal mungkin.
Pre-eklamsi ringan
Pengobatan hanya bersifat simtomatis dan selain rawat inap, maka penderita dapat dirawat jalan dengan skema periksa ulang yang lebih sering, misalnya 2 kali seminggu. Penanganan pada penderita rawat jalan atau rawat inap adalah dengan istirahat di tempat tidur, diit rendah garam, dan berikan obat-obatan seperti Valium tablet 5 mg dosis 3 kali sehari atau fenobarbital tablet 30 mg dengan dosis 3 kali 1 sehari. Diuretika dan obat antihipertensi tidak dianjurkan, karena obat ini tidak begitu bermafaat, bahkan bisa menutupi tanda dan gejala pre-eklamsi berat. Dengan cara di atas biasanya pre-eklamsi ringan jadi tenang dan hilang, ibu hamil dapat dipulangkan dan diperiksa ulang lebih sering dari biasa. Bila gejala masih menetap, penderita tetap dirawat inap. Monitor keadaan janin: kadar estriol urin, lakukan amnioskopi, dan ultrasografi, dan sebagainya. Bila keadaan mengizinkan, barulah dilakukan induksi partus pada usia kehamilan minggu 37 keatas.
Jika kehamilan <37 minggu, clan tidak ada tanda-tanda perbaikan, lakukan penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan:
- Pantau tekanan darah, proteinuria, refleks, dan kondisi janin
- Lebih banyak istirahat
- Diet biasa.
- Tidak perlu diberi obat-obatan
- Jika rawat jalan tidak mungkin, rawat di rumah sakit:
- diet biasa
- pantau tekanan darah 2 x sehari, proteinuria 1 x sehari
- tidak perlu obat-obatan
- tidak perlu diuretik, kecuali jika terdapat edema paru, dekompensasi kordis atau gagal ginjal akut
- jika tekanan diastolik turun sampai normal pasien dapat dipulangkan:
- nasehatkan untuk istirahat dan perhatikan tanda-tanda preeklampsia berat
- kontrol 2 kali seminggu
- jika tekanan diastolik naik lagi –> rawat kembali;
- jika tidak ada tanda-tanda perbaikan -> tetap dirawat;
- jika terdapat tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat, pertimbangkan terminasi kehamilan;
- jika proteinuria meningkat, tangani sebagai preeklampsia berat.
Jika kehamilan > 37 minggu, pertimbangkan terminasi:
- Jika serviks matang, lakukan induksi dengan oksitosin 5 IU dalam 500 ml dekstrose IV 10 tetes/menit atau dengan prostaglandin
- Jika serviks belum matang, berikan prostaglandin, misoprostil atau kateter Foley atauterminasi dengan secsio cesarea
Antihipertensi:
- Obat pilihan adalah hidralazin, yang diberikan 5 mg IV pelan-pelan selama 5 menit sampai tekanan darah turun
- Jika perlu, pemberian hidralazin dapat diulang setiap jam, atau 12,5 mg IM setiap 2 jam
- Jika hidralazin tidak tersedia dapat diberikan
- Nifedipin 5 mg sublingual. Jika respon tidak baik setelah 10 menit, beri tambahan 5 mg sublingual
- Labetolol 10 mg IV, yang jika respon tidak baik setelah 10 menit, diberikan lagi labetolol 20 mg IV.
Obat hipertensi yang dapat digunakan pada pre eklamsi:
- Metildopa dengan dosis 3 x 125 mg/hari sampai 3 x 500 mg/hari
- Klonidin dengan dosis 3 x 0,1 mg/hari
- Pindolol dengan dosis 1 x 5 mg/hari sampai 3 x 10 mg/hari.
- Prazosin dengan dosis 3 x 1mg/hari sampai 3 x 5 mg/hari
- Hidralazin dengan dosis 4 x 25 mg/hari
- Nefedipin dengan dosis 3 x 10 mg/hari
Sumber : dari berbagai sumber
gambar diambil dari : http://1.bp.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar